Kaos Distro: dari Komunitas Menjadi Semangat Bisnis Idealis
Di kalangan anak muda Indonesia, pergaulan anak muda zaman sekarang
tidak pernah lepas dari yang nama fashion. Dan
kaos Distro adalah salah satu pemicu perkembangan fashion anak
muda Indonesia.
Kaos distro yang kita kenal sekarang ini berasal dari spirit dan
idealisme komunitas anak muda yang iwjukan melalui sebuah aksesoris, baik kaos
distro, sweater, kemeja, gelang, sticker, topi, dan lain-lain. Dari sebuah
idealism tersebut kemudian lambat laun berkembang bersama komunitasnya yang
semakin meluas menjadi sebuah perusahaan bisnis yang disebut clothing company.
Semakin berkembangnya bisnis ini, seolah menjadi sulit dibedakan antara
distro sebagai sebuah idealisme dengan distro sebagai sebuah bisnis. Lalu,
banya pula yang sulit membedakan antara distro dengan clothing-an.
Untuk itu, yuk kita bedah mengenai distro, clothing, semangat idealis
yang memiliki orientasi bisnis.
Pengertian Clothing Company
Clothing Company adalah
istilah yang digunakan untuk perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dibawah
brand mereka sendiri. Istilah clothing lokal sendiri dimulai dengan
berdirinya 347 boardrider.co pada tahun 1996 (sekarang 347/eat). Clothing ini
mengambil nama dari lokasi pertamanya yang terletak di Jalan Dago no.347.
Disusul kemudian oleh Ouval Research pada tahun 1997 (meskipun pada awalnya
telah dirintis oleh salah satu foundernya, Arif Maskom pada 1993 dengan merilis
M Clothing). Serta ada pula Airplane, Harder, No Labels (NL’s), Monik, dan Two Clothes
yang berdiri 1998.
Distro-GKDB |
Pengertian Distro
Distro berasal dari kata
Distribution Store yang bisa diartikan sebagai tempat/outlet/toko yang secara
khusus mendistribusikan produk dari suatu komunitas. Biasanya berasal dari
komunitas music band-band independent atai intilahnya band indie dan komunitas
skateboard. Distro umumnya merupakan industri
kecil dan menengah (IKM) dengan
merk independen yang dikembangkan kalangan muda. Produk yang dihasilkan oleh distro
diusahakan untuk tidak diproduksi secara
massal, agar mempertahankan sifat eksklusif
suatu produk dan hasil kerajinan.
Konsep distro berawal pada
pertengahan 1990-an di Bandung.
Saat itu band band Independent (Indie) di Bandung berusaha menjual merchandise mereka. Awalnya menjual kaos distro,
hingga akhirnya melebar menjadi penjualan merchandise lainnya seperti CD/kaset,
dan sticker selain di tempat mereka melakukan pertunjukan. Bentuk awal distro
adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Selain
komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas pung dan skateboard yang kemudian juga
membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini,
industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk
yang memiliki kualitas eksport.
Pada tahun 2007 diperkirakan
ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 diantaranya ada di
Bandung (Wikipedia).
Karakteristik Distro
Istilah clothing maupun
distro semakin berkembang menjadi satu kategori tersendiri karena adanya soul
serta karakter yang mampu membedakan mereka dengan yang lain.
Di antaranya adalah
adanya konsep yang jelas dari sisi desain, tidak sekedar menjiplak atau
mengambil desain dari luar. Kemudian adanya ekslusivitas dari sisi produksi, di
mana setiap desain untuk satu produk dirilis hanya dalam jumlah terbatas
(biasanya antara 50-150 per desain). Hal inilah yang menjadi salah satu pembeda
clothing dengan mass produk lain.
Selain itu salah satu
faktor pembeda lainnya adalah kentalnya hubungan antara clothing/distro dengan
komunitas lokal sebagai roots mereka. Selain orang-orang yang berada di
belakang tiap clothing tersebut rata-rata adalah pemuda yang dulunya
berkecimpung di scene lokal, kehadiran mereka pun ikut mensupport kehidupan
scene lokal yang sempat mati suri menyusul tiadanya lagi acara di Saparua
misalnya.
Yang menarik dari distro
adalah desain penataan layout interiornya yang mempunyai ciri khas tersendiri
antara distro satu dengan distro lainnya, semua ingin menampilkan identitasnya
masing-masing. Yang menjadi hal yang menarik lagi ketika kita berkunjung
ke salah satu distro adalah penataan tempat, barang maupun tata cahaya yang di
setting dengan sangat menarik.
Cara melakukan Bisnis Clothing dan Distro
1.Memiliki semangat idealism
yang tinggi, yakni semangat membuat distro/clothing adalah semangat dan
idealisme yang tinggi untuk menjalankan bisnis indenpenden ini.
2. Visi dan target, yakni analisa
mengenai prpspek dan kekuatan jangka panjang, disesuaikan dengan target harus
ditentukan dengan kemampuain kita.
2.Skill, baik desain artistic
motif gambar, marketing penjualan, dan modal yang cukup sebagai kekuatan utama
bisnis
3.Konsep/ genre/ aliran, yakni
identitas clothing yang diusung untuk menentukan komunitas dan target pasar.
4.Lokasi toko yang strategis, yakni di pusat kota, tidak jauh dari perbankan,
dan lokasi mudah di jangkau
5.Interior dan isi toko yang
artistic dan unik sesuai dengan idelaisme yang di kandung di dalamnya, meliputi
ruang display, kasir, ruang ganti, stock barang, tempat istirahat lahan parkir
dan lain-lain.
6. Manajemen yang modern, baik akuntansi,
marketing, IT, dan administrasi.
Jadi, semangat distro adalah
semangat idealis yang memiliki orientasi bisnis professional. Mari berkarya
dengan komunitas untuk sebuah independesi bisnis.